Selasa, 30 Oktober 2012




Ciamis District located in south eastern tip of West Java Province and has a potential tourism potential, both already developed into tourist objects are superior, and which is still stored and utilized untapped.About tourism district ciamis

Aksessibilitas to the object is relatively easy to travel with the presence of tourism infrastructure which has awakened such, Nusawiru Airport, Ferry Wharf in Majingklak crossing, and adequate roads. Ciamis District Government encourages continually strive to empower all the potential that exists to serve tourism assets and products that can provide opportunities for more advanced and the development of tourism sector in Ciamis District, as determined Government and the people who poured in Ciamis Vision Ciamis Regency ie "With Faith and Taqwa Ciamis Leader In Agribusiness and Tourism in Priangan Year 2009 ".

One attempt to tell some tourism potential is to launch the official website Ciamis District Tourism Festival, which is expected to promote tourism in Ciamis District, which in turn will increase motivation for tourists visiting a broad audience and also become a guide for tourists to travel to the tourist objects in Ciamis district.
Welcome, 'Wilujeng Sumping' in Ciamis District

Situ Lengkong Panjalu

Kawasan hutan Pulau Nusa Gede dengan Luas kurang lebih 16 ha yang terletak di situ (danau), yaitu Situ Lengkong Panjalu berada di Desa/Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Telah ditetapkan sebagai Cagar Alam (Natuurmonument) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Besluit van den Gouvarnuer-Generaal van Nederlandsch Indie) pada tanggal 21 February 1919 Nomor 6 (Staatsblad No.90). 2(dua) Tahun kemudian, tepatnya tanggal 16 November 1921 diterbitkan dalam surat keputusan yang sama ditetapkan bahwa Pulau Nusa Gede (Island), selajutnya diberi nama "Pulau Kooders" dan Cagar Alamnya "Cagar Alam Kooders".





Keadaan Vegetasi didalam Cagar Alam ini cukup beranekaragam jenisnya, sebagian besar merupakan hutan primer yang masih utuh dengan tumbuhan yang didominasi diantaranya : Kihaji (Dysaxilum), Kondang (Ficus Variegata), Huru (Litsea sp), Kiara (Ficus sp), Kileho (Sauraula sp), Bungur (Lagerstromia sp), sedangkan tumbuhan bawah diantaranya : Rotan (Calamus sp), Tepus (Zingi beraceae) dan Langkap (Arenga sp).

Satwa Liar yang banyak dan mudah dijumpai adalah : Kalong (Pteropus Vampyrus), Biawak (Varanus Salvator) dan juga dapat ditemukan beberapa jenis burung seperti Burung Hantu (Otus scops), Elang (Haliastur Indus), Raja Udang (Halcion chlors) dan Walik (Treron Griccipilla).

Keadaan topografi Situ Lengkong Panjalu yang merupakan danau dasar daripada danaunya sendiri kurang lebih berkisar 710 meter diatas permukaan laut, sedangkan pulau Nusa Gede yang merupakan kawasan Cagar Alam kurang lebih berkisar 733,14 meter dpl. Keadaan iklim di sekitar kawasan objek wisata ini, meliputi: suhu antara 19c - 32c, dengan kelembaban antara 70%-80%, kecepatan angin 4 s.d 5knots dan curah hujan rata-rata 3.145 mm per tahun.

Keadaan hidrologi khususnya keberadaan air Situ Lengkong Panjalu berasal dari air tanah yang ada pada hutan-hutan di sekitarnya, dan mata air yang terletak pada beberapa lokasi (kampung simpar:2 buah, bojongwaru:1 buah, ciater:1 buah dan kaum:1 buah).

Untuk mencapai ke lokasi ini, dapat ditempuh dari Kota Bandung dengan route :Bandung-Ciawi-Panjalu(Ciamis) yanng berjarak kurang lebih 95km, sedangkan dari Tasikmalaya dapat menggunakan route: Tasikmalaya-Rajapolah-Panumbangan-Panjalu(Ciamis) dengan jarak kurang lebih 40 km an dari Kota Ciamis berjarak sekitar 48 km.


Potensi objek dan daya tarik wisata yang banyak diminati pengunjung ke daerah ini yaitu, objek wisata Situ, Pulau Nusa Gede, Hutan Primer dan Makam Kramat. Tujuan utama pengunjung ke kawasan ini yang paling dominan yaitu untuk berziarah ke makam kramat. Kawasan ini telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis sebagai objek wisata ziarah. Kearifan lokal yang terdapat dikawasan tidak menjadikan kawasan Cagar Alam terganggu atas kehadiran pengunjung di kawasan ini.






Keberadaan kegiatan Perlindungan (konservasi) alam di Indonesia sangat berkaitan erat dengan nama Dr.S.H. Kooders (1863-1919) sebagai pendiri dan ketua pertama dari Nederlandsch Indische Vereeniging Tot Natuurbescherming (perkumpulan perlindungan alam hindia belanda). Perkumpulan ini semacam perkumpulan pecinta alam yang mempelopori dan mengusulkan kawasan tertentu dan jenis tertentu, juga pembuat peraturan dan tulisan serta penelitian tentang perlindungan alam (jenis satwa dan tumbuhan).

Pada tahun 1919, Pemerintah Hindia Belanda nenunjuk 55(limapuluh lima) lokasi Cagar Alam melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, suatu jumlah yang sangat mengagumkan dan sudah tentu perkembangan itu sangat memuaskan hati Dr.S.H. Kooders sebagai ketua dari Perlindungan Alam, diantara sekian banyak kawasan yang diusulkan sudah dinyatakan sebagai Cagar Alam (Natuurmonument).


Dr.S.H. Kooders meninggal dunia pada tanggal 16 Nopember 1919 dan dimakamkan di Batavia-Jakarta. Dua tahun kemudian diterbitkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 16 Nopember 1921 yang ditetapkan bahwa Pulau Nusa Gede di objek wisata Situ Lengkong Panjalu Kabupaten Ciamis, selanjutnya diberi nama "Pulau Kooders" sedangkan Cagar Alamnya "Cagar Alam Kooders". (sumber:Pandji YK)

Astana Gede Kawali

Peninggalan Sejarah Objek Wisata Situs Kawali yang disebut juga Astana Gede dikenal sebagai komplek pusatnya peninggalan sejarah dan budaya masa lalu di Kabupaten Ciamis, yaitu pada masa kerajaan galuh sekitar abad ke- 14 masehi. 

Astana gede Kawali di Ciamis merupakan tempat suci pada masa pemerintahan kerajaan sunda galuh di kawali. Pada jaman dahulu astana gede bernama kabuyutan Sanghiang Lingga Hiang menurut perkiraan penulis disebut astana gede ( astana= makam dan gede= besar ), setelah diatas punden berundak tempat pemujaan raja-raja kawali terdahulu yang masih menganut agama hindu, kemudian digunakan makam orang besar yaitu Adipati Singacalak sebagai raja kawali tahun 1643 - 1718 M keturunan Sultan Cirebon yang sudah menganut agama islam.

Sebagai pusat pemerintahan raja - raja yang pernah bertahta ditempat ini adalah Prabu Ajiguna Linggawisesa, yang dikenal dengan sebutan Sanglumahing Kiding, Prabu Ragamulya atau Aki kolot, Prabu Linggabuwana yang gugur pada peristiwa bubat, Rahyang Niskala Wastukancana Yang meningalkan beberapa prasasti di Astana Gede ( situs kawali) dan Dewa Niskala anak dari Rahyang Wastukancana.

Di Situs Astana Gede Kawali Ciamis ini terdapat 6 buah Prasasti, Batu panglinggih, 2 buah Menhir, Mata air Cikawali, dan makam para raja.

Lokasi peninggalan sejarah dan purbakala ini tepatnya berada disebelah utara atau 27 km dari ibu kota kabupaten Ciamis letaknya berada dikaki gunung sawal disebelah selatan sungai cibulan, yang mengalir dari barat ke timur, disebelah timur berupa parit kecil dari sungai cimuntur yang mengalir dari sebelah utara ke selatan, sebelah utara sungai cikadongdong dan sebelah barat sungai cigarunggang. 

Kedaan lingkungan situs ini merupakan hutan lindung yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tumbuhan, tanaman keras diantaranya termasuk familia meliceae, lacocarpceae, euphorbiaceae, sapidanceae dan lain-lain, tanaman palawija, rotan, salak, cengkih dll.

Penelitian di astana gede mulai dilakukan pada jaman belanda, tetapi lebih menitik beratkan pada prasasti. tahun 1914 Oudhekumdige Diens mengadakan inventarisasi data arkeologi di astana gede ini. Tahun 1982 direktorat perlindungan pembinaan sejarah dan purbakala jakarta mengadakan studi kelayakan pemugaran situs. Tahun 1984 mengadakan pengujian arkeologi ( field check )di lapangan dalam rangka pembangunan cungkup. Tahun 1993 tim puslit arkenas dan balar bandung mengadakan pedataan arkeologis. 

Hasilnya menunjujkan bahwa situs astana gede kawali berasal dari masa prasejarah, klasik dan islam, seperti yang telah disebutkan dimuka. sedangkan yang pertama menemukan adalah Thomas raffles pada tahun 1817 diteruskan oleh gubernur jendral Dumer van twiest tahun 1853, Priederik tahun 1855, Burumund tahun 1867, tuan Veth tahun 1896, Pleyte tahun 1911, De Haan tahun 1912 dan dipugar oleh puslit arkenas tahun 1984 - 1985 sedangkan pemagaran oleh suaka peninggalan sejarah dan purbakala dari banten pada tahun 1992-1993 dan yang penuh mengekakavasi dari balar dan suaka. (sumber: padepokankilatbuana.com)

Karangkamulyan



Objek Wisata Ciamis Karangkamulyan ini terletak di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing lebih kurang 16 km dari Kota Ciamis ke arah Timur, dengan fasilitas : Lapang parkir, kios-kios makanan, rest area, mesjid, toilet.

Aset Cagar budaya ini merupakan peninggalan pusat Kerajaan Galuh Pusaka yang dikukuhkan oleh Sanghyang Permanadikusumah. Di sini kita bisa melihat tempat-tempat bekas peninggalan dari legenda Ciung Wanara, salah seorang putera Sanghyang Permanadikusumah.

Adapun Peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain :
1. Batu Pangcalikan ialah bekas singgasana dan tempat bermusyawarah raja
2. Penyabungan Ayam, tempat bekas Ciung Wanara menyabung ayam dengan Bondan Sarati
3. Sanghyang Bedil
4. Lambang Peribadatan
5. Sumber mata air Citeguh dan Cirahayu
6. Makam Adipati Panaekan
7. Pamangkonan
8. Batu Panyandaan
9. Patimuan

Leuwi Sipatahunan tempat Bayi Ciung Wanara dibuang (dibuang di sungai Citanduy).